Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) bukan sekadar tanaman hias biasa. Spesies anggrek ini dinobatkan sebagai Bunga Nasional Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993, bersama melati dan padma raksasa. Dengan kelopak putih bersih yang menyerupai sayap kupu-kupu, anggrek ini menjadi simbol keanggunan dan daya tarik alam tropis Nusantara. Artikel ini akan mengupas keunikan, makna budaya, dan rahasia perawatannya yang belum banyak terungkap di artikel lain.
Nama Latin: Phalaenopsis amabilis (dari kata Yunani phalaina = ngengat, opsis = penampakan, dan amabilis = cantik).
Nama Lokal: Anggrek bulan, anggrek kebutan (Jawa), anggrek menur (Bali).
Ciri Khas:
Kelopak lebar berwarna putih dengan semburat kuning di bagian tengah.
Bibir bunga (labellum) berwarna merah muda atau ungu muda.
Batang pendek dengan daun tebal berwarna hijau mengilap.
Bunga bisa bertahan 2-3 bulan di tanaman.
Fakta Unik:
Di alam liar, akar anggrek bulan bisa menyerap air langsung dari udara lembap (aerial roots).
Spesies ini termasuk anggrek monopodial, artinya tumbuh vertikal dengan satu batang utama.
Anggrek bulan tumbuh epifit di hutan hujan tropis dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl. Mereka menempel di batang pohon besar seperti meranti atau jati, tetapi tidak merusak inangnya.
Lokasi Persebaran:
Sumatera: Hutan Taman Nasional Gunung Leuser.
Kalimantan: Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun.
Jawa: Hutan-hutan di lereng Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango.
Papua: Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak.
Ancaman Terbesar:
Perambahan hutan ilegal.
Perdagangan liar karena permintaan tinggi sebagai tanaman hias.
Anggrek bulan bukan hanya tanaman hias, tetapi juga memiliki nilai filosofis:
Lambang Kesucian: Warna putihnya melambangkan ketulusan dan kemurnian, sering digunakan dalam dekorasi pernikahan adat Jawa.
Simbol Keabadian: Bentuk bunganya yang simetris dianggap merepresentasikan harmoni alam semesta.
Kearifan Lokal: Masyarakat Dayak di Kalimantan menggunakan akarnya sebagai bahan ramuan tradisional untuk penyembuhan luka.
Mitologi: Legenda Sunda menyebutkan bahwa anggrek bulan adalah jelmaan bidadari yang turun ke bumi untuk menghibur manusia.
Gunakan campuran:
50% potongan pakis kasar.
30% arang kayu.
20% sekam bakar.
Pastikan media porous untuk menghindari busuk akar.
Ideal: 60-70% (tempat teduh dengan naungan paranet).
Tanda kelebihan cahaya: Daun menguning.
Tanda kekurangan cahaya: Daun hijau gelap dan sulit berbunga.
Siram 2-3 kali seminggu di musim kemarau.
Gunakan air hujan atau air yang sudah diendapkan 24 jam.
Hindari menyiram langsung ke daun untuk mencegah jamur.
Pupuk NPK (30:10:10) untuk fase vegetatif.
Pupuk NPK (10:30:20) untuk stimulasi bunga.
Berikan setiap 2 minggu dengan dosis 1/2 sendok teh per liter air.
Tips Rahasia: Semprotkan air rebusan kulit pisang seminggu sekali untuk memicu pertumbuhan tunas bunga.
Banyak yang keliru mengira semua anggrek putih adalah Phalaenopsis amabilis. Padahal, kebanyakan yang dijual di pasaran adalah hibrida dengan ciri:
Warna bunga lebih variatif (kuning, ungu, belang).
Ukuran bunga lebih besar tetapi aroma kurang harum.
Lebih tahan terhadap serangan hama.
Status IUCN: Near Threatened (Hampir Terancam).
Program pemerintah:
Penangkaran ex-situ di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Bali.
Sosialisasi budidaya kepada masyarakat melalui Kelompok Tani Anggrek di Malang dan Bandung.
Peran Komunitas:
LSM seperti Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) rutin mengadakan pelatihan budidaya berkelanjutan.
Kampanye #SaveAnggrekBulan di media sosial untuk mengurangi perburuan liar.
Vertical Garden: Susun dalam pot kayu yang digantung di dinding teras.
Terrarium Modern: Kombinasikan dengan lumut dan batu alam dalam wadah kaca.
Bunga Potong: Tahan hingga 2 minggu dalam vas berisi air matang.
Data Spesifik: Takaran pupuk, komposisi media tanam, dan wilayah persebaran detail.
Kearifan Lokal: Mitos Sunda dan penggunaan tradisional oleh Suku Dayak.
Panduan Praktis: Tips penyiraman dengan air rebusan kulit pisang yang jarang dibahas.
Anggrek bulan adalah harta karun biodiversitas Indonesia yang wajib dilestarikan. Dengan perawatan tepat, kita tidak hanya menikmati keindahannya, tetapi juga menjaga warisan alam untuk generasi mendatang. Sudahkah Anda mencoba menanam si "ratu anggrek" ini di rumah?